Sunday, March 29, 2009

Sekapur Sirih


Rupanya sedikit narcis, namun saya harus membuat sebuah Blog agar semua kita bisa dengan mudah mengenal lalu berkomunikasi satu dengan yang lain. Tidak lebih tidak kurang memperkenalkan diri kehadiran masyarakat, adalah salah satu cara memberi diri dalam tanggung jawab hidup bersama. Dari sana segala hal bisa dihubung-hubungkan untuk bersama membumikan kehidupan bersama dalam keindonesiaan yang kita cintai.

Ada kesibukan baru yang saya dapatkan menjelang pemilihan umum 2009. Kesibukan itu, lantaran oleh Partai Buruh, saya dinominasikan menjadi caleg DPR RI Dapil Jawa Barat VI Kota Bekasi & Depok dengan no. urut 2. Ini tentu bukan soal ikut-ikutan meramaikan pesta demokrasi walaupun kesan itu juga tidak mungkin dihindarkan. Namun jauh dari itu, ini adalah kesempatan dimana semua kita dengan cara kita sendiri mengambil bagian dalam persoalan bangsa, negara dan tanah air.

Partai Buruh no 44, yang kini merupakan pilihan saya memasuki Pemilu 2009, bagi saya adalah pilihan sadar mengingat di tengah lautan persoalan bangsa ini, persoalan buruh memang tidak banyak mendapat perhatian. Sekalipun, dulu ataupun sejak rasa berkesadaran partai muncul dalam benak dan pikiran, saya juga terlibat dalam aktivitas berpartai kendati bukan dari Partai Buruh. Pernah saya ditawari menjadi calon legislatif (caleg) di tiga partai lain, namun pengalaman serta kedekatan saya di masa lalu dengan dunia kaum buruh membuat saya merasa harus memperjuangkan nasib buruh yang selama ini terpinggirkan.

Terlahir di tengah keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, membuat saya tidak bisa tinggal diam ketika melihat ketidakadilan yang dialami kaum buruh di negeri ini. Perang batin tersebut sering saya rasakan ketika dulu bekerja sebagai staff administrasi personalia di sebuah pabrik permen. Setiap harinya seringkali terjadi hal-hal yang ‘kurang manusiawi’. Pernah saya menyaksikan betapa seorang buruh perempuan yang tengah hamil 7 bulan dipecat hanya karena kesalahannya mengambil dua bungkus permen. Saya tidak bisa tinggal diam begitu saja dan sebagai wujud protes saya, akhirnya saya harus hengkang dari perusahaan tersebut.

Dalam aktivitas keseharian, saya lebih banyak bekerjasama dengan para buruh. Ini juga mempertemukan saya dalam pergerakan dengan Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI). Kebersamaan tersebut dimulai sejak tahun 1996-an, saat Muchtar Pakpahan yang dulu merupakan ketua SBSI menjadi tahanan politik rezim Orde Baru.

Ketika masih kuliah di Fakultas Ilmu Politik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, saat itu juga saya bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jakarta Raya. Saya berkenalan dengan salah seorang pendiri SBSI, DP Yuda yang juga senior saya di GMNI, saat itu wartawan Kompas. Sekalipun ketika itu, berprofesi sebagai mahasiswa, namun dalam pikiran dan tindakan yang bebas, saya tidak dapat menyembunyikan kerisauan dan kegundahan atas apa yang dialami oleh kaum buruh kita. Tidak ada jalan lain, kecuali membangun kembali solidaritasnya yang konsisten pada kaum buruh. Melalui berbagai kegiatan memperingati Hari Buruh Internasional—May Day misalnya, solidaritas itu pun ditampakkan untuk bergulir menjadi aksi yang lebih terarah dan bermanfaat bagi banyak orang.

Melangkah Menuju Calon Anggota DPR

Mungkinkah kedekatan-kedekatan dengan persoalan buruh menjadikan saya melangkah menjadi calon anggota DPR dari Partai Buruh? Ada persoalan yang jauh lebih besar dari itu, yaitu bagaimana tindakan politis oleh negara dapat mewadahi keadilan dalam ruang-ruang pengap mesin-mesin yang melingkupi kerja keseharian para Buruh.

Berbekal pengetahuan politik, pengalaman organisasi, keterlibatan dalam pergerakan mahasiswa 1998, dan kemudian terlibat dalam pemantauan kinerja DPR, saya mulai memahami bahwa perjuangan buruh harus terwakili dalam pencaturan politik penyusun kebijakan politik. Saya tidak menutup mata bahwa wakil rakyat yang saat ini, adalah mereka yang kurang cukup memahami persoalan buruh. Dan, dengan tidak adanya keterhubungan secara langsung dengan Partai Buruh, menyebabkan pengetahuan dan pengalaman selalu tidak menemukan titik pijak.

Ada soal lain dalam hubungan dengan kinerja para wakil saat ini, yakni menyangkut sistem yang mengatur bekerjanya lembaga perwakilan itu. Dalam pemantau bersama sejumlah peneliti dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP), saya melihat dari dekat, begitu banyak kebobrokan walau hanya sedikit yang terungkap di media massa. Banyak dari wakil rakyat yang tidak secara maksimal dapat mewujudkan dirinya benar-benar sebagai wakil rakyat. Waktu-waktu rapat yang sering molor, partaisipasi masyarakat yang sangat minim, transparansi dan akuntabilitas yang rendah, semua dapat menyebabkan semakin jauhnya harapan kita akan suatu perwujudan keadilan yang maksimal.

Wakil rakyat kedepan dalam pandangan saya, adalah seorang wakil rakyat yang berani mengambil jalan berjuang bersama rakyat (buruh, petani, nelayan, kaum miskin kota, PKL dan pengangguran). Melalui partai politik yang benar-benar mempunyai keberpihakan pada soal kenegaraan, disanalah para wakil rakyat itu dapat meminimalkan godaan untuk membangun ”monumen” dirinya semata. Dan di dalam Patai Buruh sendiri ternyata sudah ada mekanisme pengawasan internal di mana wakil rakyat dari Partai Buruh diwajibkan untuk memberi laporan pertanggungjawaban politik minimal 6 bulan sekali terhadap satuan tingkatan yang ada. Karena saya dari Dapil Kota Depok dan Bekasi maka diwajibkan memberi laporan pada DPC tersebut.

Sebagai orang muda saya berpendapat kehadiran para caleg muda adalah salah satu cara memperbaharui dan memperbaiki citra DPR untuk mengadakan perubahan-perubahan yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Sebutlah beberapa nama caleg seperti Budiman Sujatmiko dari PDIP, Dita Indah Sari dari PBR, Indra J Piliang dari Golkar juga beberapa yang lain diharapkan bisa merubah tradisi ‘jahiliah’ yang selama ini terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Di tengah apatisme publik saat ini, kerja yang cukup memberatkan adalah mengangkat kembali harapan rakyat akan suatu lembaga perwakilan yang dapat memperjuangkan rakyat. Kita harus tetap berjuang sebagai bukti bahwa kita masih punya harapan. Dan kita harus tetap berharap sebagai bukti bahwa keindonesiaan yang kita rajut adalah modal kita bersama membangun kesejahteraan bersama.

Agenda Ke Depan

Sebagai visi politik saya ke depan adalah (a) Membangun sebuah kekuatan baru. Saya yakin kekuatan buruh yang lebih teroganisir berpotensi menjadi kekuatan yang sangat besar. (b). Melahirkan DPR baru, DPR yang progresif. Di mana selama ini DPR kita lebih sering jadi pengikut dari partai yang lebih dominan. Walaupun ada perlawanan tapi hanya perlawanan semu. Selain itu, progresif di sini artinya juga melenyapkan tradisi suap dalam DPR yang baru, juga menghapuskan gaya hidup mewah yang selama ini sudah menjadi trademark. Dan (c) Komitmen tersebut akan saya buktikan kepada para buruh, bila terpilih nanti saya akan mengendarai motor ke gedung DPR selama bertugas 5 tahun.

Sementara itu selain menjalankan misi Partai Buruh, ada sebuah keinginan pribadi yaitu, masuk di Komisi 5 yang bermitra dengan Departmen Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan Perhubungan. Saya melihat ada tiga persoalan penting yang berhubungan dengan buruh.

Khusus untuk Kementrian Perumahan Rakyat, saya ingin melahirkan sebuah Undang-Undang dan Anggaran yang saling terkait, yang mengatur buruh atau pekerja yang minimal sudah bekerja tiga tahun mendapat subsidi uang muka terhadap kredit kepemilikan rumah susun yang sehat dan layak. Karena pada kenyataannya saat ini, walau para buruh sanggup membayar cicilan bulanan tapi tidak sanggup membayar uang muka yang cukup berat dan hanya boleh dicicil 3 kali selama 3 bulan.

Sedangkan untuk Kementrian Pekerjaan Umum, saya menginginkan adanya koordinasi dengan Kementrian Perumahan Rakyat sehingga di mana ada kompleks perindustrian maka didekatnya juga ada kompleks hunian. Hendaknya hal tersebut menjadi program yang diintegrasikan.

Juga dalam hal ini berkaitan dengan Departemen Perhubungan untuk membuat sarana jalan dan transportasi yang menghubungkan tempat kerja dan hunian tersebut. Seharusnya pemerintah bisa mendisain pola transportasi yang memadai paling tidak untuk 50 tahun kedepan. Sehingga para buruh atau pekerja memperoleh kenyamanan saat menuju tempat kerja maupun ketika pulang, dengan begitu akan mendorong peningkatan kinerja para buruh atau pekerja tersebut.

Selain itu, Departemen Perhubungan punya persoalan transportasi tahunan yang terus berulang setiap tahunnya, dimana setiap H -7 dan H+7 Lebaran menjadi hari-hari suram bagi para buruh atau pekerja yang ingin mudik menggunakan transportasi massa.

Saya juga berniat untuk membuat sebuah pusat informasi buruh atau Rumah Aspirasi Kaum Buruh yang berfungsi untuk menampung aspirasi-aspirasi buruh/rakyat. Selain sebagai akses atau saluran untuk menyampaikan aspirasi buruh kepada anggota dewan, juga untuk menampung informasi tentang kondisi buruh dan rakyat secara aktual. Sehingga bisa menjadi bahan kajian bagi saya dalam memperjuangkan kepentingan buruh atau pekerja dan seluruh rakyat Indonesia.

No comments:

Post a Comment

DUKUNG

DUKUNG

BURUH SEJAHTERA

BURUH SEJAHTERA

LELAH

LELAH

MAJU PANTANG MUNDUR

MAJU PANTANG MUNDUR

PULANG

PULANG

BERSAMA BURUH PABRIK DALAM LOMBA GERAK JALAN K3

BERSAMA BURUH PABRIK DALAM LOMBA GERAK JALAN K3
Foto bersama sesaat setelah tim putri Helios dinyatakan Juara 1

KERJA LEMBUR

KERJA LEMBUR

MENGGALI SEJARAH

MENGGALI SEJARAH

KAMI DUKUNG BUNG !!!

KAMI DUKUNG BUNG !!!

BHAKTI SOSIAL IISIP JAKARTA

BHAKTI SOSIAL IISIP JAKARTA